Kantor Bupati Deliserdang. |
DELISERDANG-BERITAGAMBAR :
Kasus stunting di Kabupaten Deliserdang makin memprihatinkan.
Menurut data pravalensi balita stunted (tinggi badan menurut umur) tahun 2022 dari Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Ditjen Bina Bangda) Kementerian Dalam Negeri, bahwa kasus stunting di Kabupaten Deliserdang naik menjadi 13,9 persen.
Padahal, di tahun 2021, angkanya itu masih 12,5 persen.
Sementara untuk jumlah data balita tercatat ada sekitar 130.417 jiwa.
Meski Bupati Deliserdang, Ashari Tambunan sempat menargetkan pada 2024 angka stunting bisa turun menjadi 10 persen, tapi kondisinya justru terbalik.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk, KB, Era Permata Sari mengakui angka kasus stunting di Deliserdang mengalami meningkat.
Ia mengaku sudah mendapat kabar mengenai masalah ini pada Kamis (26/1).
"Tim harus lebih bekerja maksimal lagi untuk penurunan stunting ini. Kemudian sasaran harus benar-benar kita perhatikan. Dari BKKBN sasaran kami adalah keluarga yang berisiko stunting. Kalau dari kami lebih dari pencegahannya, bukan setelah stunting," kata Era.
Namun, Era justru mengatakan masalah stunting ini lebih tepatnya yang bisa menjelaskan adalah Dinas Kesehatan.
"Yang berhak untuk menjelaskan sebenarnya dari Dinas Kesehatan," kata Era.
Mantan Kabag Hukum Pemkab Deliserdang ini mengatakan, yang melakukan pengukuran atau survei untuk hal ini adalah tim independen yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan.
Karena itu, lanjut Eka, mereka juga tidak mengetahui dimana sasaran yang dikunjungi.
Namun demikian, ia menegaskan meski saat ini terjadi kenaikan, tapi kondisinya masih tetap di bawah 14 persen, yang merupakan target nasional.
"Tahun lalu sudah dibawah angka nasional dan sekarang juga masih dibawah itu," kata Era.
Kepala Bappeda Deliserdang, Remus Pardede belum bisa berkomentar banyak atas kondisi terbaru ini.