Foto ilustrasi. |
MEDAN-BERITAGAMBAR :
Adanya Pemilihan Umum (Pemilu) di tahun depan (2024) diprediksi ekonomi di Provinsi Sumatera Utara di kuartal ketiga secara tahunan berpeluang mengalami penurunan dibandingkan dengan kinerjanya di kuartal kedua sebesar 5,19% secara tahunan atau year on year.
Perkiraannya akan berada di angka 4,9%-an. Namun di akhir tahun atau di kuartal keempat realisasi pertumbuhan ekonomi Sumut diperkirakan akan kembali meningkat dan mampu tumbuh di kisaran 5%.
Seperti diketahui saat ini ada 2 pasangan Bakal Calon (Balon) Presiden dan Wakil Presiden yang sudah mendeklarasikan diri maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) mendatang. Hanya tinggal 1 pasangan lagi yang belum mendeklarasikan diri.
Akan tetapi mengingat batas pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) berakhir pada tanggal 25 Oktober mendatang, maka dalam waktu dekat ini semua calon diperkirakan telah siap untuk bertanding dalam Pilpres 2024 mendatang.
“Nah, di tengah situasi ekonomi tengah tidak menentu, dengan tren laju pertumbuhan ekonomi yang melambat, ada satu kepastian kan menopang ekonomi dari sisi belanja masyarakat. Kepastian tersebut adalah belanja partai akan meningkat, dimulai dari saat ini hingga hajatan Pemilu nantinya usai dilaksanakan,” kata Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, pada Jumat (20/10).
Calon legislatif maupun eksekutif yang akan bertarung dalam Pemilu nantinya akan lebih banyak berbelanja untuk keperluan kampanye. Sehingga aktivitas ekonomi masyarakat akan terdorong oleh belanja tersebut. Para calon yang bertarung nantinya akan berlomba untuk mendapatkan simpati maupun suara dari masyarakat.
“Kerja untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024 (semester 1) akan banyak terbantu dengan belanja musiman Pemilu. Pada dasarnya sejak memasuki tahun 2023, jika pemerintah tidak memberikan bantuan sosial, atau bentuk subsidi lainnya di luar subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik. Maka pertumbuhan ekonomi di Sumut akan berada di kisaran 3,2% hingga 4%,” terang Gunawan.
Akan tetapi, pemerintah justru mengambil cara dengan mendorong belanja untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Ekonomi digerakkan dengan belanja masyarakat yang ditopang dari kebijakan alokasi anggaran yang besar untuk konsumsi. Alhasil belanja masyarakat tetap mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi di Sumut.
Gunawan juga berpendapat, salah satu yang menekan pertumbuhan ekonomi Sumut saat ini adalah melemahnya kinerja ekspor seiring dengan penurunan harga komoditas unggulan dari Sumut.
“Akan tetapi di sisi lainnya, belanja partai (caleg) nantinya dalam tren naik. Lalu, ada bantuan pemerintah dalam bentuk pangan serta bentuk bantuan lain akan membuat laju pertumbuhan ekonomi di Sumut bisa berada dalam rentang 4,8% hingga 5,1%. Angka ini masih sangat bagus jika melihat ekspektasi pertumbuhan ekonomi negara di kawasan Asia yang diproyeksi di kisaran 4,5% di tahun ini,” pungkasnya.(BG/MED)