Anak-anak memegang poster harapannya untuk pemimpin Indonesia ke depan. |
MEDAN-BERITAGAMBAR :
Aksi bertajuk Power Up oleh aktivis lingkungan di Medan menyoroti persoalan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.
PLTU pangkalan susu dianggap menjadi biang permasalahan masyarakat sekitar. PLTU tersebut juga dianggap menjadi sumber berbagai penyakit yang dialami masyarakat Pangkalan Susu.
“Kita tahu PLTU di Pangkalan Susu berbahan bakar batubara, di sana masyarakat saat ini sudah mulai teracuni oleh limbah-limbah PLTU. Ada yang sesak napas, batuk-batuk, gatal-gatal dan berbagai penyakit lainnya,” kata Perwakilan Climate Ranger Sumut, Rimba Zait, Minggu (5/11).
Rimba juga mengklaim, polusi dari PLTU tersebut juga mengakibatkan mata pencaharian masyarakat setempat terhadap hasil bumi berkurang
“Bahkan ruang hidup mereka di sana dirampas. Nelayan dan petani kehilangan mata pencahariannya. Itu semua akibat polusi dari PLTU Pangkalan Susu,” tegasnya.
Ia juga mengaku pihaknya sudah pernah berdialog dengan Dinas Lingkungan Hidup setempat. Namun menurutnya, pemerintah masih menutup mata dan hanya memikirkan keuntungan semata.
“Mereka (pemerintah) masih saja menutup mata. Padahal di sana anak-anak sekolah juga sampai ada yang tidak bisa bersekolah, karena tangannya seperti membengkak dan tidak bisa menulis” ungkapnya.
Sementara itu, data yang Mistar.id dapatkan dari aksi tersebut, sebanyak 659 nelayan menjadi korban menurunnya mata pencaharian dan 316 petani yang gagal panen di Pangkalan Susu yang diduga dari beroperasinya PLTU.
“Jadi kami ingin, PLTU Pangkalan Susu bahkan di Indonesia tidak hanya diberhentikan, tapi kalau bisa disuntik mati saja,” pungkasnya. (BG/MED)