DAERAHNEWSSAMOSIR

KSPPM: Penebangan Pohon di Atas Kenegerian Sihotang Penyebab Banjir Bandang

Rabu, 29 November 2023, 20:20 WIB
Last Updated 2023-11-30T02:26:26Z

 

Keluarga korban jiwa dalam peristiwa banjir bandang bersama KSPPM.

SAMOSIR-BERITAGAMBAR :

Bencana banjir bandang di Kenegerian Sihotang (Desa Siparmahan, Desa Dolok Raja, Desa Sampur Toba-red) Kecamatan Harian Kabupaten Samosir, pada Senin (13/11/2023) lalu disebabkan oleh ekologis, kerusakan hutan akibat penebangan hutan di atas kenegerian Sihotang.


Demikian dikatakan Leorena Sihotang dari Kelompok Study Pengembangan Masyarakat (KSPPM), Rabu (29/11) di Desa Siparmahan Kecamatan Harian Kabupaten Samosir.


Diungkapkan Leorena, sehari pasca banjir bandang Tim KSPPM melakukan investigasi dengan menggunakan peralatan kamera drone. Hasilnya, tampak ada aktivitas penebangan hutan di bukit di atas lokasi banjir bandang tampak berjarak lebih kurang 3 Km dari curaman,"ujarnya.



Maka dari hal tersebut kami simpulkan kegiatan penebangan kayu di sana harus dihentikan. 


Pemerintah Kabupaten Samosir harus berperan, agar secepatnya mengusulkan ke Pemerintah Pusat, supaya aktivitas penebangan dihentikan," katanya.



"Tak ada alasan untuk tidak menghentikan penebangan, jangan dibuat alasan tidak ada kewenangan pemerintah daerah," sebutnya.



Sartono Sihotang warga Kenegerian Sihotang, mendukung KSPPM untuk bersatu padu dengan masyarakat menuntut penghentian aktivitas penebangan disana. 



Ditambahkan Sartono, kami di 4 desa dan tiga desa terdampak banjir bandang itu sampai sekarang masih trauma. Terutama jika datang hujan, kami was-was dan ketakutan,"bebernya.



Didampingi pendeta, KSPPM dan warga setempat merencanakan aksi besar-besaran untuk menyuarakan penghentian aktivitas penebangan.



Diketahui sebelumnya, pihak KSPPM pada tanggal 14 November merilis, saya Leorana Sihotang  bersama temanku Tara  mengunjungi lokasi banjir bandang  sebagaimana diceritakan oleh Catur Sihotang, penduduk Desa Siparmahan, merupakan malam yang mencekam bagi masyarakat di sana, hujan deras turun sejak sore hingga malam pukul Delapan. Setelah berlangsung 2 jam arus sungai Binanga Godang dan Binanga Sitio-Tio yang semakin deras dan meluap.



Melihat arus sungai yang semakin meluap ke mana-mana, warga berupaya menyelamatkan diri ke tempat-tempat yang lebih aman. Sebagian besar berangkat naik kapal ke Pintu Batu Desa Rianiate Pangururan, sementara yang lain mencari perlindungan di Sopo Godang Sihotang. 



Semua berusaha menyelamatkan diri dan keluarganya. Namun naas seorang warga Rosmawati Habeahan (65)  sempat dikabarkan hilang. Setelah beberapa hari dilakukan pencarian, korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia sejauh 1 Km dari rumahnya.


Banjir bandang atau dalam bahasa lokal disebut surpu, mengakibatkan dampak kerusakan yang luar biasa di wilayah tersebut. Selain rasa takut dan trauma, kerugian secara ekonomi juga cukup besar, hamparan ladang dan sawah tertimbun material lumpur dan batu, banyak peralatan pertanian seperti mesin traktor, genset, lemari, mesin pompa, dan sejumlah perhiasan rusak dan hilang terbawa arus. 



Banjir bandang sudah terjadi beberapa kali dalam sepuluh tahun terakhir di wilayah ini, namun kali ini tidak hanya merusak Desa Sihotang, tetapi juga melibatkan empat desa lainnya, yaitu Desa Sampur Toba, Desa Hariarapohan, Desa Siparmahan, dan Desa Dolok Raja. 


Diperkirakan  80% lahan pertanian di Sihotang rusak dan terbawa arus sungai, termasuk lahan yang siap untuk menanam padi, yang kini tertimbun pasir, batu, dan potongan kayu. Perladangan warga yang telah ditanami jagung, kopi, coklat, dan tanaman lainnya juga turut terkena rusak parah.


Tak hanya kerusakan lahan pertanian, dari pengamatan kami, sejumlah rumah mengalami kerusakan parah dan ringan. Dua unit rumah di Onan Godang dan Lima unit rumah di Siparmahan mengalami kerusakan berat. Tidak hanya rumah, selain infrastruktur jalan, beberapa fasilitas public seperti gedung sekolah SMP N 2 Harian, kantor desa, dan gedung sekolah PAUD juga tertimbun batu dan pasir.


Kami mencoba menyusuri sumber air banjir bandang tersebut. Secara geografis Desa Siparmahan memang berada di lembah di bawah Hutan Sihotang, di mana menurut penduduk setempat ada dua aliran sungai yang dekat dengan lokasi banjir bandang, yakni  Binanga Sitio-tio dan Binanga Godang.


Melalui tangkapan kamera drone, terlihat bahwa di hulu Tombak Sihotang, yang merupakan DAS kedua sungai tersebut, tepatnya di wilayah Hutagalung ada aktivitas penebangan pohon secara massif, dan wilayah tersebut juga masuk dalam areal konsesi sebuah perusahaan pulp and paper. Dari pengukuran jarak dengan menggujnakan aplikasi Avenza map menunjukkan bahwa Desa Siparmahan, lokasi banjir bandang, hanya berjarak sekitar 3.5 km dari batas konsesi perusahaan tersebut. 


Melihat kondisi di atas, banjir bandang tersebut terjadi akibat kerusakan hutan yang massif dari waktu ke waktu di hulu. Peristiwa ini menjadi peringatan bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat terlebih perusahaan, bahwa pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan.  


Isu perubahan iklim yang menjadi focus perhatian dunia saat ini harus disikapi serius. Aksi mitigasi dan adaptasi iklim harus melibatkan semua pihak. Namun, negara atau pemerintah memegang peranan yang sangat penting, agar masyarakat local dan petani yang berada di wilayah rentan bancana mendapatkan perhatian yang lebih serius. 


Izin-izin perusahaan perusak lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana ekologis harus dievaluasi dan dicabut. Di sisi lain, masyarakat juga, dalam kerentanannya, harus Bersama-sama memperjuangkan lingkungan yang aman dan nyaman buat kehidupan mereka saat ini dan masa yang akan datang.(BG/REL)

TRENDINGMore