Alat berat BPBD Kabupaten Dairi sedang melakukan perbaikan dan pembersihan material longsor. |
DAIRI-BERITAGAMBAR :
Penanganan perbaikan jalan penghubung ibu kota Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi ke 3 Desa yang mengalami amblas dan longsor putus total menyebabkan jalurnya harus dialihkan dari lahan masyarakat.
Sebab 2 titik jalan yang amblas hingga kedalamannya puluhan meter dan memakan panjang 25 meter itu tidak memungkinkan untuk diperbaiki sesuai kajian teknis setelah disurvei.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Dairi, Hotmaida Dina Uli Butarbutar, Rabu (8/11).
Disebutkan Hotmaida, dari 10 titik jalan yang mengalami longsor, ada 2 titik jalur jalan harus dialihkan lewat lahan warga sekitar, tepatnya di Dusun Liren Desa Kuta Gamber dan Dusun 4 Desa Lau Primbon. Jalan itu merupakan akses keluar masyarakat ke ibu kota Kecamatan Tanah Pinem. Sementara perbaikan titik lain dilakukan dengan pembersihan materal longsor menggunakan alat berat.
“Tetapi khusus 2 titik longsor amblas itu jalurnya harus dialihkan. Sayangnya warga pemilik lahan di lokasi tidak bersedia memberikan. Ini masih dilakukan pendekatan oleh Pemerintahan Desa (Pemdes),” sebut Hotmaida
Dia juga membenarkan alat berat BPBD Kabupaten Dairi sudah berlangsung 3 hari melakukan perbaikan di lokasi.
Terpisah, Camat Tanah Pinem, Jhonatan Ginting ketika dikonfirmasi menuturkan, pihaknya bersama Kepala Desa (Kades) setempat sedang melakukan pendekatan terhadap warga pemilik lahan.
Sebelumnya diberitakan mistar.id, kurang lebih ribuan Kepala Keluarga (KK) di 3 Desa di Kecamatan Tanah Pinem terisolasi akibat sejumlah titik badan jalan mengalami longsor dan putus total sejak Kamis (2/11) lalu. Ketiga Desa yang terisolasi itu yakni, Desa Lau Primbon, Kuta Gamber dan Kempawa.
Pierre Daniel Sebayang, warga Desa Lae Primbon menyebutkan, ada 6 titik badan jalan amblas longsor dan tertutup material longsor.
Akibat longsor itu membuat ribuan warga tidak bisa keluar menggunakan kendaraan roda 2 dan 4 menuju ibu kota Kecamatan dan Kabupaten Dairi.
Menurut Pierre, jika belum juga ada tindakan dari Pemkab Dairi atas bencana alam itu, para pelajar di 3 Desa itu bakal terancam pergi ke sekolah dengan berjalan kaki yang jaraknya cukup jauh.
Pierre juga melontarkan rasa kecewa kepada Pemkab Dairi, karena sampai saat ini belum ada tindakan.
“Walaupun kejadian longsor sudah 3 hari diberitahukan kepada Pemkab Dairi. Bagaimana hasil pertanian warga? Kami akui, longsor akibat faktor cuaca dan intensitas hujan cukup tinggi seminggu terakhir ini. Tapi apakah kami dibiarkan seperti ini terisolasi,” sebut Pierre. (BG/DA)