Paus Fransiskus saat memimpin misa Malam Natal. |
MEDAN-BERITAGAMBAR :
Paus Fransiskus memulai perayaan Natal global dengan seruan perdamaian. Hal itu disampaikan ketika perang Israel terhadap Hamas dan invasi Rusia terhadap Ukraina membayangi salah satu hari libur favorit dunia.
Dilansir AFP, Senin (25/12/2023), Paus Fransiskus pada misa Malam Natalnya mengaku memikirkan warga sipil yang menerita akibat perang.
“Memikirkan orang-orang ‘yang menderita akibat perang -- kami memikirkan Palestina, Israel, Ukraina’,” kata Paus memberikan nada muram dalam misa Malam Natalnya.
“Malam ini, hati kita berada di Betlehem, di mana Pangeran Perdamaian sekali lagi ditolak oleh logika perang yang sia-sia, oleh bentrokan senjata yang bahkan hingga saat ini menghalangi dia untuk mendapatkan ruang di dunia,” kata Paus.
Kota Bethlehem berada di Tepi Barat yang diduduki, tempat umat Kristen percaya bahwa Yesus Kristus dilahirkan di sebuah kandang lebih dari 2.000 tahun yang lalu, secara efektif membatalkan perayaan Natal tahunan yang biasanya menarik ribuan wisatawan.
Kota ini tidak lagi menggunakan pohon Natal raksasa, marching band yang semarak, dan hanya memilih beberapa lampu yang meriah.
Di pusat kota, sebuah bendera Palestina berukuran besar telah dikibarkan dengan spanduk bertuliskan “Lonceng Betlehem berbunyi untuk gencatan senjata di Gaza”.
“Banyak orang yang mati demi tanah ini,” kata Nicole Najjar, seorang siswa berusia 18 tahun.
“Sangat sulit untuk merayakannya ketika rakyat kita sedang sekarat,” kata Nicole.
Patriark Latin Yerusalem, Pierbattista Pizzaballa, mengatakan pihaknya tidak hanya berdoa untuk adanya gencatan senjata, tetapi untuk menghentikan permusuhan tersebut.
“Kami di sini untuk berdoa dan meminta tidak hanya gencatan senjata, gencatan senjata saja tidak cukup, kami harus menghentikan permusuhan ini dan membalik halaman karena kekerasan hanya menghasilkan kekerasan,” kata Pizzaballa.
Sementara itu, Suster Nabila Salah dari Gereja Suci Katolik di Gaza --menurut Patriarkat Latin Yerusalem-- mengatakan kepada AFP “semua perayaan Natal telah dibatalkan”. Diketahui gereja tersebut merupakan tempat dua wanita Kristen dibunuh oleh penembak jitu Israel awal bulan ini.
“Bagaimana kita merayakannya ketika kita... mendengar suara tank dan bombardir, bukannya bunyi bel?” ujarnya.
Di Suriah, gereja-gereja membatasi perayaannya hanya pada doa solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Diketahui, serangan Hamas pada 7 Oktober menyebabkan sekitar 1.140 orang tewas di Israel, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi terbaru Israel. Sementara 250 orang disandera militan Palestina, 129 di antaranya, menurut Israel, masih berada di Gaza.
Israel membalas dengan pemboman berkelanjutan dan invasi darat ke Gaza. Sebanyak 20.424 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut jumlah korban terbaru dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.(BG/NET)