Nyamuk malaria ilustrasi. |
MEDAN-BERITAGAMBAR :
Dalam rangka Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus malaria di Pulau Simuk Kabupaten Nias Selatan, Tim Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) telah turun langsung meninjau KLB tersebut. Sekaligus untuk melakukan eliminasi malaria serentak di 5 Kabupaten pada tahun 2023.
Menurut Kasi Pengendalian Pencegahan Penyakit (P2P), dr Nora Nasution, dari 5 kabupaten yang berhasil eliminasi masih dua kabupaten yakni Gunungsitoli dan Nias Induk.
“Tiga lainnya seperti di Nias Selatan, Nias Barat dan Nias Utara masih ditemukan kasus malaria,” sebut Nora pada wartawan, Selasa (23/4/2024).
Jadi, lanjutnya untuk kasus di Nias Selatan ini, menurutnya, sangat mudah ditanggulangi. Karena Nias Selatan paling besar wilayah, tetapi hanya terfokus pada pulau Telo, jadi lebih mudah membasminya.
“Adapun jumlah kasus di Nias khususnya Pulau Simuk tercatat ada sebanyak 64 kasus dalam pengobatan, yang meninggal dunia sebanyak 6 orang, dalam periode 20 Februari – 12 April 2024. Sedangkan di Pulau Telo kasus terdeteksi sebanyak 126 pasien,” katanya.
Sehingga saat ini tim dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Sumut sudah turun langsung ke Pulau Simuk, dalam rangka peninjauan dan penanggulangan KLB di pulau tersebut..
Sekaligus pula dalam peninjauan mencari siapa sebenarnya kasus indeksnya. Dilanjutkan dengan memberikan pengobatan kepada yang sakit.
“Untuk mencegah malaria ini ya melalui pengendalian vektornya atau parasit, kalau kayak DBD ada yang disebarkan seperti insektisida perlu atau tidak, atau perlu tidak melakukan penyemprotan rumah, DBD namanya fogging, kalau malaria namanya IRS. Nanti tim ini lah yang mengkaji, berdasarkan hasil penelitian dan data mereka. Dari situ nantinya baru kita bisa melihat penanggulangan apa yang tepat dilakukan,” tuturnya.
Tetapi secara keseluruhan kasus ini sudah turun, sambung dr Nora, karena sudah ditanggulangi oleh Dinas Kesehatan Nias. Penyebabnya, masih ada vektor atau parasitnya disana, sehingga masih terus ditemukan kasusnya disana.
“Kita lihat berdasarkan hasil kunjungan dalam seminggu ini. Perlu atau tidak mereka melakukan penyebaran bubuk insektisida untuk pengendaliannya. Atau perlu atau tidak dilakukan MDA artinya minum obat secara masal, baik yang sakit maupun tidak sakit, agar memutus mata rantai penularan. Itu akan kita kaji,” terangnya.
Diketahui, di Sumut sendiri kasus malaria yang masih tinggi ada di Asahan, Labura, Batubara, Labuhan Batu.
“Dan sekarang yang paling kita khawatirkan Serdang Bedagai karena sudah mendapat sertifikat eliminasi tapi masih ditemukan kasusnya,” tandasnya. (BG/NS)