Wabup Sergai Adlin Tambunan saat memaparkan upaya percepatan pencegahan dan penanggulangan stunting. |
SERGAI-BERITAGAMBAR :
Angka prevalensi stunting Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) tercatat sebagai yang terendah ke-8 untuk Provinsi Sumatera Utara (Sumut) berdasarkan rilis data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023.
Wakil Bupati H Adlin Tambunan mengatakan, pencapaian ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil kerja Pemkab Sergai dan kolaborasi berbagai pihak terkait masalah gizi buruk pada anak.
“Syukur alhamdullilah, angka prevalensi stunting di Kabupaten Sergai mengalami penurunan yang sangat drastis,” kata Adlin Tambunan, saat ditemui di ruang kerjanya, di Komplek Kantor Bupati Sergai, Sei Rampah, Jumat (3/5/2024).
Adlin menjelaskan, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, persentase stunting di Sergai berada di angka 21.1%.
“Sedangkan hasil terbaru, yaitu SKI tahun 2023, menunjukkan penurunan yang besar di angka 14.4% atau sebanyak 6,7%,” kata Adlin yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Sergai, didampingi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Rusmiani Purba selaku Wakil Ketua TPPS Sergai.
Dirinya menyebut capaian ini merupakan prestasi yang sangat penting karena Kabupaten Sergai berada pada peringkat kedelapan kabupaten/kota dengan angka stunting terendah se-Provinsi Sumatera Utara.
Capaian ini, jelasnya, melampaui target daerah tahun 2023 yaitu 18%. Sedangkan Kabupaten Sergai sendiri dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun hingga 14% pada tahun 2024 ini.
“Untuk tahun 2025 kita menargetkan stunting bisa menyusut hingga 12% dan hingga akhir periode RPJMD yaitu tahun 2026 angka stunting ditargetkan hanya pada angka 10%,” lanjut Adlin.
Ia kemudian memaparkan, ada berbagai macam upaya percepatan pencegahan dan penanggulangan stunting yang telah dilakukan di Sergai. Upaya tersebut, sebutnya, dengan mencari dan menangani penyebab langsung dan penyebab tidak langsung yang dilakukan melalui pendekatan komprehesif.
“Pendekatan tersebut dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi spesifik dilakukan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang sehat serta memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah stunting. Sedangkan intervensi sensitif yaitu dengan menyentuh secara langsung sasaran seperti ibu hamil dan balita gizi buruk, gizi kurang, dan balita stunting,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan Adlin, banyak program konvergensi yang telah dilakukan oleh Pemkab Sergai untuk menurunkan angka stunting yang melibatkan lintas sektoral bahkan swasta lewat mekanisme CSR.
“Pemkab Sergai mengimplementasikan beberapa program, di antaranya DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting), program pembinaan pranikah, pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri, pemberian ASI ekslusif, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Meski begitu, Pemkab Sergai, tetap menyadari jika upaya percepatan pencegahan stunting memang penuh tantangan jika dihadapkan dengan kondisi objektif yang terjadi di masyarakat.
“Namun kita tetap optimis bahwa segala bentuk intervensi yang sudah dilakukan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Dan ini sudah dibuktikan dengan penurunan prevalensi stunting di Sergai,” tandasnya.(BG/SER)